Sabtu, 31 Desember 2016

Singkat.

Selasa, 22 November 2016

    Lock screen handphoneku menunjukkan angka 10.00 tepat saat dosen berjalan keluar dari kelas. Aku juga bergegas keluar dan tidak bercerita banyak dengan teman-temanku seperti biasanya karena sudah berjanji kepada kakakku bahwa aku akan langsung pulang agar kami bisa pergi nonton ke bioskop berdua. Film yang akan kami nonton adalah Fantastic Beasts and Where To Find Them. Aku, yang-bisa dibilang-adalah salah satu penggemar berat J.K. Rowling  dan dunia buatannya, tentu saja sangat bersemangat untuk melihat karya barunya itu. Pikiranku sudah melayang dan memikirkan betapa bagusnya film itu, padahal tubuhku baru saja naik ke atas angkot dan masih membutuhkan beberapa jam untuk sampai di rumah dan mungkin beberapa jam lagi hingga waktunya pergi nonton ke bioskop.

    Sepanjang perjalanan, pikiranku melayang tidak hanya tentang film yang akan aku tonton, tapi juga kepada seseorang. Bioskop yang akan aku kunjungi berada di salah satu mall yang letaknya sangat dekat dengan kampusnya. Sebenarnya, sejak beberapa hari yang lalu, pikiranku sudah sering kepikiran tentang dirinya. Terutama saat kakakku sudah memastikan bahwa kami akan pergi nonton hari ini, pikiranku semakin menjadi-jadi. Aku terus membayangkan bahwa aku akan bertemu dengan dirinya di bioskop. Tapi aku tidak tau apakah hal itu akan kejadian atau tidak. Aku akui, sejak prom night SMA, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi, dan sebagian kecil dari diriku memiliki keinginan untuk melihat wajahnya. Ya, hanya ingin melihat saja. Apakah ini rindu? Aku belum tau jawabannya....

     Sepanjang perjalanan, aku benar-benar tenggelam di dalam lamunan. Hingga tak terasa, aku sudah berada di rumah. Kakakku sudah mengcheck jam tayang dan kami berencana akan nonton pada jam tayang pukul 12.30. Entah kenapa, hatiku berdetak lebih cepat dari biasanya. Apakah mungkin aku akan bertemu dengannya? Sebagian dari diriku berdoa kepada Tuhan agar jawabannya tidak, namun ternyata khayalanku untuk bertemu dengannya jauh lebih besar. Wangi masakan tempe oleh ibu di dapur membuyarkan lamunanku yang entah sudah berapa lama. "Dek, sudah siap? Ini sudah jam setengah 12. Jangan sampai kita terlambat...", suara kakakku menggema dari lantai 1. Aku melihat seluruh tubuhku; aku belum berganti pakaian sama sekali. Aku segera membuka laci bajuku dan mengambil jumpsuit setelah sejenak memilih-milih pakaian yang ada. "Dek... sudah belum? nanti kita telat...", suara kakakku kembali menggelegar dari lantai bawah. Aku hanya bisa menyisir rambutku dengan tergesa-gesa dan tidak sempat untuk memakai gelang serta chokerku. Tanpa ba bi bu aku berlari menuruni tangga dan hanya melemparkan senyum ke arah wajah kakakku yang tampangnya tidak masam tapi sangat datar dan tidak menandakan rasa senang. "Ayo cepat, makan dulu baru pergi...", Ibu memanggil sembari menaruh sayur tumis kangkung di atas meja makan. "Nanti kita telat bu...", balasku. "Sudahlah, makan saja dulu. Supaya kalian tidak usah makan lagi nanti di mall.", Ibu menjawab singkat dan menaruh 3 piring makan di atas meja. "Ya sudah, kita makan saja dulu. Kalau memang telat, kita nanti beli tiket untuk jam 1 saja... Siapa suruh kamu lama sekali..", kakakku menjawab datar. Aku diam saja dan segera menyendok nasi ke atas piring. Selama makan, pikiranku kembali melayang. Mungkinkah? Akankah? How should I be acting kalau aku ketemu sama dia? Berbagai pertanyaan random memenuhi kepalaku sehingga membuatku tidak sadar bahwa makananku di piring sudah habis. Padahal kakak dan ibu masih menyantap makanannya. Setelah mencuci piring dan sendok makanku, aku mengambil tas lalu memasukkan handphone serta barang-barang lain yang aku butuhkan. "Ayo dek. Hmm... kayaknya kita bakal telat deh..", kakakku segera berjalan keluar rumah dan aku mengikutinya. Setelah berpamitan dengan ibu, kami naik ke mobil yang segera melaju setelah aku menutup pintu. Sebenarnya jarak perjalanan ke mall yang kami tuju dari arah rumah tidak begitu jauh, namun setelah mengecheck jam, aku dan kakakku berasumsi bahwa sepertinya kami akan telat. Pikiranku masih saja melayang tentang dirinya. Walaupun aku tidak begitu tenggelam di dalam lamunanku karena kakakku mengajakku bercerita tentang kisah film yang akan kami nonton. Kami sangat antusias karena mengetahui bahwa ternyata film Fantastic Beasts ini akan ada kelanjutannya. Kami juga berbincang panjang lebar tentang karya-karya J.K Rowling yang harusnya dibuat dalam bentuk film layar lebar. Tidak terasa akhirnya kami sampai di mall yang dituju. Kami melangkah dengan agak cepat masuk ke dalam mall dan segera berjalan menuju bioskop dengan harapan masih sempat menonton film pada jam tayang 12.30.

      "Aih, sudah jam setengah satu lewat, pasti filmnya sudah mulai. Tidak enak kalo tidak dinonton dari awal...", kata kakakku saat kami sampai di bioskop. Aku melihat jam di handphoneku-setelah memperhatikan keadaan sekitar karena rasa was-was luar biasa- dan ternyata memang jam tayangnya sudah mulai sejak 10 menit yang lalu. "Jadi?", aku bertanya singkat. "Beli yang jam satu saja. Kita tinggal menunggu setengah jam.", kata kakakku sambil berjalan ke loker pembelian tiket. Selagi kakakku membeli tiket, aku kembali memperhatikan keadaan bioskop yang sangat sepi. Jumlah orang yang ada di sana dapat di hitung jari; sepasang kekasih menunggu di dekat loker penjual snack sambil tertawa-tawa, dua perempuan duduk di sofa tempat menunggu, seorang laki-laki dengan baju kotak-kotak yang wajahnya tidak begitu jelas, serta beberapa orang lain yang tidak kuperhatikan, yang duduk menunggu di sofa. Aku hanya bisa melihat sekilas karena tidak ingin terlihat seperti sedang memperhatikan orang-orang tersebut. He's not here. Aku bernafas lega. Setelah kami mendapatkan tiket, kakakku menitip uang untuk membeli popcorn sementara dia ke toilet. Selesai membeli popcorn, aku duduk di salah tempat duduk yang terletak di depan loker penjual snack. Sembari menunggu, aku hanya bermain handphone. Setelah beberapa menit, kakakku kembali dari toilet dan duduk di sampingku. Ternyata keadaan bioskop sudah mulai ramai. Antrian pembeli tiket sudah lumayan panjang dan semakin banyak orang yang masuk. Suara seorang wanita terdengar di seluruh daerah biosokop yang mengumumkan bahwa studio 3 telah dibuka. Akhirnya.....Aku dan kakakku segera berjalan ke arah studio yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat kami menunggu. Saat ingin masuk ke arah studio, ada seorang laki-laki yang berdiri membelakangi pintu masuk studio dan sedang memandangi poster-poster film di tembok. Lelaki itu terlihat familiar bagiku, dan saat kuperhatikan, ternyata............................................. Dia. Dia adalah lelaki baju kotak-kotak yang tadi wajahnya tidak kulihat dengan jelas.

    Jantungku mulai berdetak lebih cepat dan aku melangkah agak cepat melambungi kakakku. Ternyata baru aku dan kakakku yang masuk ke studio. Ketika aku melirik ke arah pintu masuk, ternyata dia juga berada di studio yang sama denganku. It's gonna be so awkward..,batinku. Kakakku memilih tempat duduk di bagian paling atas sebelah kanan. Dari posisi itu aku bisa melihat semua orang yang masuk, tentu saja aku bisa melihatnya masuk, dan obviously, dia juga pasti bisa melihatku dari bawah saat masuk nanti. Tidak lama, dia pun muncul dan berjalan ke arah kursinya. Aku hanya bisa berpura-pura main handphone dan makan popcorn. Meskipun begitu, aku sesekali melirik ke arahnya dan ternyata dia juga melihatku saat ia baru duduk di kursinya. Secara spontan aku mengalihkan pandanganku seakan-akan dia itu bukan siapa-siapa. Kami hanya bertiga saat itu di dalam studio. Penonton yang lain belum masuk. Mungkin kakakku tidak merasakannya, tetapi aku benar-benar merasakan aura canggung di dalam studio, dan aku yakin dia juga pasti merasakannya. Aku tidak tahu harus berbuat apa, sehingga handphone menjadi sasaran empuk untuk mengalihkan perhatianku sembari menunggu film dimulai. Dari menit ke menit, penonton semakin memenuhi studio. Aku mencoba melirik ke arahnya lagi, dan ternyata dia juga sedang melirik ke arahku tetapi langsung mengalihkan pandangan ketika aku melihatnya. Aku menarik nafas secara perlahan untuk menenangkan diri karena sejak tadi jantungku berdetak cukup cepat. Beberapa menit kemudian, lampu studio dimatikan dan layar lebar mulai menampilkan gambar dan iklan-iklan sebelum film dimulai. Ketika film dimulai, aku berusaha fokus ke arah film walaupun aku masih terdorong untuk melirik ke arahnya. Inikah yang disebut rindu? Sudahlah,batinku. Aku harus menikmati film yang sudah lama kutunggu selama setahun. Sejak tahun lalu, pengunguman tentang film ini telah resmi dikeluarkan, sehingga aku benar-benar mempersiapkan diriku selama setahun dan telah berjanji bahwa aku harus menyempatkan diri menonton film ini langsung di bioskop. Aku sangat fokus menonton film yang sangat bagus ini. Masih penuh dengan sihir-sihir luar biasa, hewan-hewan dunia sihir yang menjadi fokus utama, dan tentu saja selipan-selipan lelucon di beberapa dialog. Rowling benar-benar sukses dalam membangun dunia sihirnya sendiri. Film yang luar biasa ini ditutup dengan Newt Scamander melepas Thunderbird, seekor burung yang sangat besar dari Arizona, ke langit.

     Saat lampu studio kembali dinyalakan, aku dan kakakku segera berdiri karena kami lelah terlalu  lama duduk. Aku melirik sekali lagi ke arahnya, dia tidak melihatku, dan aku tersenyum. Aku senang masih bisa melihatmu lagi, walaupun sangat singkat dan dengan cara yang sederhana. Aku langsung berjalan ke arah pintu exit dan segera menuju ke toilet karena aku sudah kebelet sejak pertengahan film tetapi tidak ingin kelewatan sedikitpun dari film itu.


Seandainya kamu membaca ini, -tapi sepertinya tidak mungkin-, ketahuilah bahwa aku sangat bahagia diberikan waktu yang singkat oleh Tuhan untuk melihatmu sekali lagi. Kamu harus tau, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu.

DnTRY. 


2nd part ==> Fatamorgana

Sabtu, 10 Desember 2016

SEBUAH PELAJARAN HIDUP: Jari Yang Melepuh

Suara ketukan tombol-tombol abjad saling beradu saat aku sedang menulis kisah ini. Laptop di atas pangkuanku bersinar terang sembari terus memancing otakku untuk menyusun kata-kata. Aku bersyukur dapat menyelesaikan tulisan ini walaupun dalam keadaan meringis seperti kepedisan.

   "Wah, ada pisang nih, bu.", mataku langsung tertuju pada sesisir pisang raja yang kulitnya sudah menguning dan terlihat sangat sedap saat memasuki ruangan dapur.

   "Tuh, di lemari ada tepung pisang goreng. Kalau mau digoreng, sekarang aja. Jangan ditunda-tunda. Nanti malah gak jadi..", tegur Ibu yang sedang menumbuk bawang putih untuk menumis sayur. Memang sudah kebiasaan; aku sering menunda-nunda untuk melakukan sesuatu walaupun aku bisa melakukan hal itu saat itu juga.

Aku masih belum menyentuh pisang itu. hmmm goreng gak ya?.


   "Dela...", suara Ayah dari meja makan mengalihkan perhatianku.


   "Ya?", kujawab singkat dengan alis terangkat.

   "Itu ada pisang, mending kamu bakar jadi pisang epe'... Kayak yang Ayah bikin minggu lalu itu...", kepulan asap keluar dari mulut Ayah.

   "Iya, masih ada gula merah cair sama santan di kulkas juga tuh...", sambung Ibu.

   "Jadi gak usah digoreng? Oke..", jawabku singkat karena ide Ayah tentang pisang epe' membuatku semakin ingin mencobanya. Hitung-hitung mencoba ide masakan yang mungkin untuk kebanyakan orang hanya bisa dinikmati di luar.

Singkat cerita, pisang yang belum dibakar masih ada sekitar 5 buah. Masih ada pisang yang belum selesai dibakar. Sambil digepeng-gepengkan dengan sendok, aku juga mengolesi sedikit mentega di permukaan pisang agar tidak gosong. HAH! . Ada satu pisang yang sudah agak gosong dan belum digepengkan. Karena takut pisangnya menjadi lebih gosong, dengan cepat aku segera menggepeng-gepengkannya.

PSSH!


Auuu!



Rintihan secara otomatis keluar dari mulutku. Ketidakhati-hatianku membuatku tidak sadar bahwa jariku sudah terlalu dekat panci pembakaran hingga akhirnya bersentuhan. Sekilas, hanya seperti ada tanda goresan di jariku sehingga aku mengabaikannya.


"Jarimu kenapa Del?", Ibu bertanya saat aku sedang menuang gula merah ke atas piring.

 "Anu bu, tadi kena waktu lagi bakar pisang...." aku menjawab sambil nyengir-nyengir.

 "Dasar ceroboh... Oles pake madu, biar gak berbekas..", Ibu hanya geleng-geleng kepala.

Selesai membuat pisang epe', aku menyajikannya di atas piring beserta gula merah cair dan santan. Ibu segera memanggil ayah dan kedua kakakku agar kami menikmati pisang epe' bersama di meja makan. 

      Dengan keadaan lidah yang sedang berdansa menikmati pisang epe', mataku terus tertuju ke arah luka bakar di jariku. Si Luka yang awalnya tidak melepuh, kini telah mengembung seperti balon kecil berisi air dan terasa lebih perih dari sebelumnya. Pikiranku melayang dan melihat kembali kejadian tadi; Kenapa hal ini bisa terjadi? Aku tidak menginginkan hal ini terjadi. Aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Aku bahkan berharap aku bisa mengulang waktu dan lebih berhati-hati. Namun hal ini sudah terlanjur terjadi. Aku tidak bisa mengontrol masa depanku. Sedetik yang lalu aku bahagia, sedetik kemudian aku sudah meringis karena pedihnya luka bakar di jariku.

     Aku akhirnya berpikir, Syukuri saja lah, yang penting aku bisa menyelesaikan masakanku dan bisa menikamtinya bersama keluarga.

Jumat, 09 Desember 2016

KISAH TIDAK PENTING: Bertemu Sahabat SMA di atas Angkot

Akhirnya... Pulang juga.
     Batinku saat keluar dari ruangan kelas. Aku merogoh kantong celanaku dan segera mengambil sebuah benda panjang dan pipih berwarna putih dengan tulisan 'SONY' di bagian belakangnya. Angka 15.25 terpampang pada lock screen bertemakan Harry Potter. Final test yang akan dilaksanakan di minggu selanjutnya membuat dosenku mengejar materi yang agak tertinggal. Padahal, di jadwal harusnya hanya sampai jam 3 pas. Oh iya, aku lupa menyebutkan bahwa mata kuliah yang aku bicarakan itu tentang Matematika Dasar......... *mewek-mewek* #MathsIsKillingMe

    Perjalanan dari gedung tempat kelasku berada sampai ke depan fakultas memakan waktu cukup lama, hampir 10 menit dengan jalan kaki. Menurut aku sih agak lama.......lebay ya? Bodo amat! HEHE. Aku bersyukur karena cuaca lagi cerah dan gak hujan. Biasanya di bulan Desember kalau sore-sorean sering hujan, jadinya aku agak lama pulang ke rumah karena harus tunggu hujan reda lalu bisa menunggu angkot lewat di pinggir jalan. Karena matahari lagi bersinar cerah, aku langsung menyeberang dari fakultas ke depan pagar asrama kampus, di mana angkot sering lewat. Tanpa menunggu lama, angkot yang rutenya searah dengan rumahku lewat, langsung saja aku naik.


    Saat angkot yang aku tumpangi sudah keluar melewati gerbang kompleks kampus, aku  merasa sangat mengantuk dan mulai menutup untuk tidur. Tapi, entah kenapa mataku tidak bisa tertutup. Padahal aku sudah merasa sangat mengantuk. Si supir angkot berhenti beberapa kali untuk mengangkut penumpang yang ingin naik. Setelah beberapa kali berhenti, tiba-tiba ada seorang cewek dengan tas hitam besar dan mengenakan jaket putih masuk ke dalam angkot. Saat itu aku gak sadar, tapi kemungkinan besar mataku saat itu membelalak. IGLESIA! Saat cewek itu sudah duduk, aku melihat ulang ke arahnya dan memang itu temanku, namanya Iglesia, "Igle!", aku berseru tapi tidak didengarnya. Aku meamnggil untuk kedua kalinya lalu dia menoleh. Dia hanya terkaget kemudian tersenyum. Sayangnya, kami dipisahkan oleh orang lain jadi tidak bisa saling berbincang. Keadaan angkot yang penuh juga tidak memungkinkan bagiku untuk pindah tempat.

     Sepanjang perjalanan, penumpang yang lain turun satu per satu dan akhirnya tinggal ada 4 orang di angkot tersebut; aku, Iglesia, dan dua orang cewek yang lain, termasuk orang yang duduk di antara aku dan igle."Dela, sini...", Iglesia memanggilku  untuk duduk di tempat kosong di depannya. Aku segera pindah. Kemudian kami cerita panjang lebar, tidak peduli dengan keberadaan orang lain di angkot tersebut. Percakapan kami terlalu panjang untuk diceritakan di  sini. Mulai dari menanyakan kabar, kegiatan-kegiatan perkuliahan, flashback masa-masa SMA, sampai tentang cowok-cowok taksiran Iglesia di kampusnya. Semuanya kami bahas sambil diselingi dengan tawa.

      Singkat cerita, angkot yang kami tumpangi akhirnya sampai di kawasan tempat Iglesia tinggal. Kami mengucapkan salam perpisahan dan dia turun dari angkot. What a day. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan salah satu sahabatku di SMA. Kami memang agak sulit untuk bertemu karena jadwal kuliah yang bertabrakan. Aku berharap kami akan bertemu lagi suatu saat nanti. ... Semoga.

Kamis, 24 November 2016

SEBUAH PUISI: "Kenangan Memori"

KENANGAN MEMORI



Sejauh mata memandang 
“Ah, sepertinya aku telah berjalan cukup jauh” 
Peluh yang membasahi pelipis 
Nafas yang terengah-engah 
“Ah, benar. Aku telah terbebas.” 


Sejauh mata memandang Awan gelap menutupi langit 
“Ah, tak ada lagi bayangan hitam itu.” 
Bayangan hitam yang menyelimuti tanah di saat terik 
Disebutnya patah hati


Sejauh mata memandang 
Hanya pasir dan rumput yang terlihat di tanah 
“Ah, tak ada lagi memori itu. Aku benar-benar sudah terbebas.” 
Kepingan-kepingan memori itu ditinggalkannya di sana 


Sejauh mata memandang 
Matahari muncul di antara celah-celah awan hitam 
Bayangan hitam terselip di antara rerumputan di tanah 
Tersibak pikiran saat angin menghembus kencang seketika 
“Mungkinkah kepingan itu dapat terbang kembali tertiup angin?” 


Sepi.









Makassar, 23 November 2016


DnTRY

Jumat, 11 November 2016

TYPICAL STORY: Kangen masa-masa SMA :(

Hujan rintik-rintik jatuh dari langit membasahi bumi
Aku berjalan dengan pelan menuju satu tempat yang selalu aku dambakan.....
.
.
.
.
.
.
.
.
Perpustakaan.......

SOK PUITISSS ALAY -_-

Hehe! Maaf ya, alay *senyum lebar dengan gigi*.
Tapi beneran kok, waktu itu memang lagi hujan dan aku baru keluar kelas sama temanku menuju perpustakaan. Sampai sekarang, aku kalau liat hujan itu selalu teringat dengan teman-teman SMA aku. Kenapa hujan? Ya, karena memang momen-momen tak terlupakan saat SMA itu kebanyakan terjadi saat lagi musim hujan. Sekitar bulan Oktober-Desember gitulah. Tapi bukan berarti pas lagi gak hujan terus gak ada momen yang spesial..... Tetap ada dan bisa dibilang banyak... Cuma, bedanya itu.....

   Saat musim hujan, terutama saat hujan lagi deras-derasnya, guru cenderung jarang masuk ke kelas. Apalagi waktu kelas 12, rasanya banyak banget waktu kosong di kelas. Bukan cuma guru yang jarang masuk, tapi karena kami bisanya cuma kumpul di kelas, jadi kami lebih sering rame-ramean di kelas; ada yang main gitar sambil nyanyi, ada yang gosip, ada yang heboh-hebohan tentang idolanya *berdeham* *angkat tangan*, ada yang tidur *berdeham lagi* *angkat tangan lagi*, ada yang main hape *tangan masih terangkat*, ada yang makan di kelas *masih angkat tangan* terus dibagi ke yang lain *turun tangan*, ada yang keliling cari makanan *angkat tangan lagi* *tangan diturunkan dengan ekspresi nyengir*, ada yang buka salon alias saling merias satu sama lain, ada yang main werewolf sampai main berbagai permainan yang gak jelas sama sekali, sering putar lagu di kelas, or even kami nobar film di kelas. Kalau lagi hujan juga kami sering ke sekolah pake sendal dengan alasan supaya sepatu gak basah pas ditanyain guru, eh tapi jadinya bisa seharian kami pake sendal di sekolah hahahha gak diganti pake sepatu. Nakal kan? Iya. Bahkan ada temenku dulu rela ke sekolah pake sepatu hujan-hujanan sengaja biar sepatunya basah, jadi pas sampai di sekolah bisa kasih alasan ke guru kalo sepatunya basah hahahhaha. That was insane but it was totally fun dan absolutely unforgettable. Terutama saat detik-detik menjelang UN, kami semakin menikmati momen bersama karena udah mau pisah :') *mewek-mewek*.

   Kalau di hari-hari biasa seringnya yang cowok itu keluar kelas buat main bola di lapangan dan banyak yang keluar kelas buat keliling-keliling gitu. Aku sih seringnya di kelas main hape dan cerita-cerita gaje sama teman-teman di kelas. Biasa juga nyanyi, nobar film, putar lagu, curhat-curhatan, dan masih banyak lagiiii. Kalau lagi ga ada guru, kami sekelas kerjain tugas sama-sama minta jawaban sama master-master yang ada di kelas. Nakal sih iya, tapi kapan lagi bisa kayak gitu? Totally worth it lah pokoknya. 
  
   Terus juga pas udah mulai masuk bulan November-Desember sekolahku sering adain Porseni, lomba hias kelas dan lomba yang berhubungan sama Natal gitu kalau selesai ujian semester sambil tungguin hasil raport keluar. SUPERRR SERUUUU!!
Yang cowok-cowok biasanya ikut lomba olahraga terus yang cewek-cewek jadi supporter. Kadang-kadang juga ada cewek yang ikut lomba olahraga kayak basket atau tarik tambang. Aku seringnya ikut yang tarik tambang hehe soalnya badanku cocok buat ikutan. hehe :') *big size detected*. But it's okay lah, ada kebahagiaan tersendiri buat aku bisa berkontribusi sebagai anggota kelas di ajang kayak gitu. Saat lomba menghias kelas juga kami bareng-bareng ngehias kelas. Kadang ada yang tinggal sampai sorean hanya untuk hias kelas. Walaupun mungkin kelas aku tahun lalu ga terpilih dan sempat kecewa, tapi kami berbesar hati dan mengingat kebersamaan dan perjuangannya sama-sama :') *mewek-mewek lagiii*

   Wah kayaknya panjang banget ya ceritanyaa.... Aku juga udah bingung mau tulis apalagi karena terlalu banyak hal indah yang gak bisa aku ceritain secara detail dan GAK BISA DIULANG :(( *mewek-mewek super*. Terima kasih kepada siapapun yang sudah mau membaca cerita ini. Inilah typical story dari seorang maba yang belum bisa move on dari masa-masa SMA. Kenapa typical story? Karena I know I'm not the only one. Pasti banyak orang di luar sana yang rindu dengan masa-masa SMA. 



BUAT ADIK-ADIK YANG MASIH DUDUK DI BANGKU SMA, 
NIKMATI MASA SMA MU, DIKS.
KARENA APA YANG TERJADI DI SMA, TIDAK AKAN BISA KAMU ULANG SAAT SUDAH MEMASUKI GERBANG PERKULIAHAN. 





Tertanda,


AKU YANG RINDU SMA